Senin, 14 Oktober 2024

Pertanyaan Sintesis (SAP 7):

 

Bagaimana praktik mediatisasi[1] kelompok minoritas Ahmadiyah melalui platform YouTube menavigasi[2] dominasi[3] arus-utama yang menguasai preferensi narasi[4], industri-produksi[5], dan muatan diskursus[6] kekuasaan?


  1. Praktik mediatisasi: mediatisasi melalui media yang dibangun sendiri untuk otoritas alternatif (Couldry, 2012; 2004). Mediatisasi mengkritik dominasi arus-utama dalam pembuatan teks media (Witschge &  Harbers, 2018) dan memberikan rekognisi bagi eksistensi/suara minoritas (Stjernholm, 2024).
  1. Menavigasi: membangun narasi taktis melalui media sebagai langkah navigasi di tengah strategi dominasi arus utama (de Certeau, 1984; Batool, 2021). Navigasi taktis bisa diwujudkan melalui rasionalisasi narasi (Budiawan, 2020), yang mengedepankan kreatifitas naratif (West-Livingston & Johnson, 2024), dan kemampuan beradaptasi (Batool, 2021; Ahmed, 2024).
  1. Dominasi: tatanan sosial dominan di mana terdapat habitus/sistem disposisi yang berlangsung lama, dengan akumulasi modal yang dikuasai arus-utama (Bourdeu, 1977). Dalam konteks ini, media bahkan menjadi alat penguatan habitus arus-utama (Nugroho, 2013; Heychael, 2021).
  1. Preferensi narasi: pilihan atau distingsi selera arus-utama terhadap narasi anti-Ahmadiyah yang terbentuk oleh habitus dan kepemilikan modal (Bourdieu,1984). Selera yang didasarkan pada orientasi keagamaan menambah ke-tidaknetral-an konsumsi terhadap narasi (Rius-Ulldemolins et. al, 2023; Al-Issa, 2024).
  1. Industri-produksi: pengorganisasian produksi narasi dengan prosedur, sistem hirarkis, dan pengaruh nilai-nilai arus-utama (Hesmondhalgh, 2010). Dalam konteks ini, kelas dominan dengan norma-normanya seringkali memengaruhi proses produksi media arus-utama (Heychael et.al, 2021).
  1. Muatan diskursus kekuasaan: institusi atau struktur media yang memuat tanda-tanda diskursif/semiotik (bahasa dan simbol) tertentu yang bisa dimaknai sebagai kepentingan kekuasaan arus-utama (Sum & Jessop, 2013). Untuk tujuan meraih keuntungan politik-ekonomi, media yang berpihak pada kepentingan arus-utama mewacanakan minoritas secara diskriminatif (Douglas, 2022).

 

Referensi Utama:

Bourdieu, P. (1977). Outline of a theory of practice. Cambridge University Press.

Bourdieu, P.  (1984). Distinction: A social critique of the judgment of taste. Harvard University Press.

Couldry, N. (2004). Theorising media as practice. Social Semiotics, 14 (2), 115-132, 10.1080/1035033042000238295.

Couldry, N. (2012). Media, Society, World: Social Theory and Digital Media Practices. Polity Press.

De Certeau, M. (1984). The practice of everyday life. University of California Press.

Hesmondhalgh, D. (2010). ‘Media industry studies, media production studies’, in J. Curran (ed.), Media and Society. London: Bloomsbury Academic, pp. 145–63.URL

Sum, N. L., & Jessop, B. (2013). Towards a cultural political economy: Putting culture in its place in political economy. Edward Elgar Publishing. ZAURL.

 

Referensi Pendukung:

Ahmed, S., Masood, M., & Wang, Y. (2024). Empowering the religious minority: examining the mobilizing role of social media for online political participation in an Asian democracy. Asian Journal of Communication, (34) 2, 135-155, doi:10.1080/01292986.2024.2317314.

Batool, S., Sultana, S., & Tariq, S. (2021). Social Media and Religious Minorities: Analyzing the Usage of Facebook Groups among Christian Minority to Highlight their Issues in Pakistan. Global Mass Communication Studies Review, VI(I), 117-132. https://doi.org/10.31703/gmcr.2021(VI-I).10.

Budiawan. (2020). New Media and Religious Conversion Out of Islam Among Celebrities in Indonesia. The Indonesian Journal of Southeast Asian Studies, 3 (2), https://doi.org/10.22146/ikat.v3i2.51048.

Douglas, O. (2022). The media diversity and inclusion paradox: Experiences of black and brown journalists in mainstream British news institutions. Journalism, 23(10), 2096-2113. https://doi.org/10.1177/14648849211001778.

Heychael, M., Rafika, H.,Adiprasetyo, J., & Arief, Y. (2021). Marginalized religious communities in Indonesian Media: A Baseline Study. Remotivi.

Al-Issa, N., Dens, N. and Kwiatek, P. (2024), The interplay of culture, religion and luxury consumption: a cross-national investigation. Journal of Islamic Marketing, 15 (6), 1608-1631. https://doi.org/10.1108/JIMA-05-2023-0153.

Nugroho, Y., Nugraha, L.K., Laksmi, S., Amalia, M., Putri, D.A., & Amalia, D. (2013). Media dan Kelompok Rentan di Indonesia: Kisah dari yang Terpinggirkan.  Centre for Innovation Policy and Governance.

Rius-Ulldemolins, J., Pizzi, A., & Paya, R. (2023). Religion as a factor in cultural consumption: Religious denomination and its impact on reading practices and ballet-opera attendance in Europe. International Journal of Comparative Sociology, 64(3), 225-248. https://doi.org/10.1177/00207152221118627.

Stjernholm, S. (2024). Being/Having a Muslim Voice: Podcasting, Resonance, Recognition. Journal of Religion in Europe. 1-25. 10.1163/18748929-bja10098.

Witschge, T.,  &  Harbers, F. (2018). "6. Journalism as practice". Journalism, edited by Tim P. Vos, Berlin, Boston: De Gruyter Mouton, pp. 105-124. https://doi.org/10.1515/9781501500084-006.

West-Livingston, L., & Johnson, A. (2024). Branding yourself through social media in vascular surgery. JVS-Vascular Insights. https://doi.org/10.1016/j.jvsvi.2024.100131.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Media Ahmadiyah dan Perlawanan Terhadap Meta-Narasi Keagamaan Mayoritas SAP 13               Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa k...