Praktik
Bermedia Minoritas Keagamaan Ahmadiyah sebagai Perjuangan Identitas
(SAP 2: Media dan Praktik)
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis praktik bermedia kalangan minoritas Jamaah Ahmadiyah
Indonesia (JAI). Sebelumnya, JAI menjadi objek persekusi, namun kehadiran new
media telah membuka jalan baru bagi perjuangan identitas komunitas ini.
Oleh karena itu, penelitian ini hendak menjawab pertanyaan bagaimana praktik
bermedia (new media) minoritas JAI menjadi sebuah praktik perjuangan
identitas dalam konteks relasinya dengan kalangan mainstream?
Argumentasi yang dibangun adalah
bahwa kehadiran media baru telah memperkuat perjuangan kelompok minoritas untuk
dapat hidup secara bebas di tengah masyarakat. Praktik bermedia JAI merupakan praktik
sosial yang berorientasi pada tujuan perjuangan identitas di ruang publik. Hal ini
menolak pandangan yang memandang bahwa media selalu berkuasa dalam membingkai atau
membentuk serta mengatur kelompok atau masyarakat.
Argumentasi
ini dibangun berdasarkan teori media sebagai praktik. Media sebagai
praktik terlihat dalam pemikiran Nick Couldry (2004) yang menekankan
pentingnya melihat media tidak hanya sebagai teks atau objek konsumsi, tetapi
sebagai rangkaian praktik yang dilakukan orang dalam interaksi mereka
sehari-hari dengan media. Cloudry (2010) menentang gagasan fungsionalisme
media, mengakui keragaman praktik media, dan mendorong bagaimana
praktik-praktik media dapat berperan dalam mengatur ulang praktik-praktik
sosial lainnya. Lebih lanjut Couldry dan Hepp (2019) menyarankan bahwa kompresi
ruang-waktu yang difasilitasi oleh bentuk-bentuk teknologi media yang lebih
baik merupakan hal yang intrinsik dalam penciptaan 'budaya dunia media baru.'
Menemukan
State of the Art
Studi
media sebagai praktik telah dilakukan dalam berbagai konteks. Misalnya, dalam
dunia jurnalisme, media practice menyebabkan perubahan mendasar dalam dunia
jurnalisme tradisional sehingga memerlukan berbagai pendefinisian ulang (Raetzsch,
2020; Wang & Guo, 2023), atau juga terkait dengan kesulitan mencari
hubungan antara idealisme jurnalisme dengan praktik kehidupan sehari-hari yang
kadang sangat terbuka (Witschge & Harbers, 2018).
Studi
serupa dengan konsep operasional media sebagai praktik juga terlihat
dalam praktik integrasi media sosial dalam dunia pendidikan/sekolah (Li &
Liu, 2024), praktik eduTuber (Pasquel-López & Valerio-Ureña, 2024),
praktik bermedia dalam produksi video gameplay (Wurm dan Wimmer, 2024),
parodi sebagai praktik budaya yang dilakukan melalui YouTube (Boxman-Shabtai, 2019),
dan praktik branding diri melalui media sosial yang dilakukan
sekelompok ahli bedah (West-Livingston & Johnson, 2024). Media practice
juga membantu keterlibatan politik akar rumput para aktivis Yunani, Italia, dan
Spanyol (Mattoni (2020).
Selain
itu, kehadiran retro-media dengan menggunakan konsep media practice
telah menyatukan relasi media lama dan media baru (Magaudda & Minniti, 2019),
meskipun teori praktik masih dipertanyakan kehadirannya sebagai paradigma baru
atau konsep sintesis dalam konteks media (Bakardjieva, 2020), bahkan studi teks
media dianggap lebih valid atas studi media sebagai praktik (Anderson, 2020).
Di
sisi lain, terdapat pula beberapa kajian dalam konteks media practice
berbasis agama, seperti integrasi digital pada kegiatan keagamaan Katolik (Toron
dkk, 2023), praktik Islam, gender, dan kontroversi yang menyatu di ruang siber
(Barizi dkk, 2024), penggunaan media di kalangan Syi’ah (Mirshahvalad, 2024),
media dan pandangan streotipe atas minoritas keagamaan (Bruce, 2018), dan
praktik promosi moderasi beragama dalam new media (Yunus dkk, 2023).
Studi-studi terdahulu di atas dapat memandu
penulis dalam berargumentasi dan memfokuskan arah penelitian ini, namun kekurangannya,
studi terdahulu tidak membahas perjuangan identitas kelompok marjinal, seperti
yang penulis lakukan terhadap komunitas JAI. Karenanya, studi ini menggunakan media
as practice Cloudry, yang dipadukan dengan konsep Religious Social
Shaping of Technology (RSST) dari Campbell (2022) yang menyatakan bahwa dalam
konteks keagamaan, media tidak lagi sepenuhnya bisa membentuk pikiran
keagamaan, tetapi ideologi dan pikiran keagamaan-lah yang membentuk wajah
penggunaan media. Dalam konteks tersebut, JAI menemukan kebebasan dalam menyatakan
identitas/ideologinya melalui new media.
Daftar Pustaka
Anderson,
C. W. (2020). Practice, interpretation, and meaning in today’s digital media
ecosystem. Journalism & Mass Communication Quarterly, 97(2),
342-359. https://doi.org/10.1177/1077699020916807.
Barizi,
A., Rohmah, S., Kholish, M. A., & Hikmah, N. (2024). Islam, visual morality
and gender identity in cyberspace: The agency, controversy and popular piety of
Ria Ricis. Journal of Religion, Media and Digital Culture, 13(1),
20-42. https://doi.org/10.1163/21659214-bja10113.
Bruce,
T. (2018). New technologies, continuing ideologies: Online reader comments as a
support for media perspectives of minority religions. Discourse, Context
& Media, 24, 53-75, https://doi.org/10.1016/j.dcm.2017.10.001.
Bakardjieva,
M. (2020). New paradigm or sensitizing concept: Finding the proper place of
practice theory in media studies. International Journal of Communication 14(2020),
2928–2945 1932–8036/20200005. http://ijoc.org.
Boxman-Shabtai,
L. (2019). The practice of parodying: YouTube as a hybrid field of cultural
production. Media, Culture & Society, 41(1), 3-20. https://doi.org/10.1177/0163443718772180.
Bourdieu,
P. (1977). Outline of a theory of practice. Cambridge University Press.
Campbell,
H.A., & Tsuria, R. (2022). Digital religion understanding religious practice
in digital media.
Couldry,
N. (2004). Theorising media as practice. Social Semiotics, 14 (2),
115-132, 10.1080/1035033042000238295.
Li,
X., & Liu, Y. (2024). Mind the gap: English teachers’ perceptions and
practices of integrating social media into language classrooms in China. System,
125, 103434. https://doi.org/10.1016/j.system.2024.103434.
Mattoni,
A. (2020). A media-in-practices approach to investigate the nexus between
digital media and activists’ daily political engagement.
Magaudda,
P., & Minniti, S. (2019). Retromedia-in-practice: A practice theory
approach for rethinking old and new media technologies. Convergence, 25(4),
673-693. https://doi.org/10.1177/1354856519842805.
Mirshahvalad,
M. (2024). Shiʿa Smartphone Communities: Trends of continuity and change. Journal
of Religion, Media and Digital Culture, 13 (1), 1-19. https://doi.org/10.1163/21659214-bja10108.
Pasquel-López,
C., & Valerio-Ureña, G. (2024). Theoretical principles underlying the
practices of eduTubers. Heliyon, 10 (14). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2024.e34899.
Toron,
V. B., Waton, F. R., Dancar, A., Lelu Beding, S., & Watomakin, D. B.
(2023). Integration of digital media in religious activities: Potential and
challenges for Catholic education. Religió Jurnal Studi Agama-Agama, 13(2),
165–187. https://doi.org/10.15642/religio.v13i2.2481.
Wang,
D., & Guo, S. Z. (2023). Aggregation and the new news order: A practice
theory approach. Digital Journalism, 1–23. https://doi.org/10.1080/21670811.2023.2273529.
Witschge,
T., & Harbers, F. (2018). "6. Journalism as
practice". Journalism, edited by Tim P. Vos, Berlin, Boston:
De Gruyter Mouton, pp. 105-124. https://doi.org/10.1515/9781501500084-006.
West-Livingston,
L., & Johnson, A. (2024). Branding yourself through social media in
vascular surgery. JVS-Vascular Insights. https://doi.org/10.1016/j.jvsvi.2024.100131.
Wurm,
A., & Wimmer, J. (2024). The role of self-perception, media practices, and
synchronicity in the production of commented gameplay videos. Entertainment
Computing, 49, https://doi.org/10.1016/j.entcom.2023.100622.
Yunus,
M., Taufiq, F., & Tsauro, A. (2023). Promoting religious moderation in new
media: Between contestation and claiming religious authority. Edukasia
Islamika, 8(1), 21–40. https://doi.org/10.28918/jei.v8i1.372.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar