Senin, 13 Juli 2020

Gerakan Akomodatif Salafisme: Review Kritis


            Salafi sering dianggap sebagai kelompok sempalan yang tidak memiliki orientasi kebangsaan yang tinggi. Adeni (2020: 49) melihat bahwa “kelompok salafi menyuarakan Islam murni yang merujuk kepada asas fundamental Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah, berdasarkan pada tradisi Nabi dan para salaf salih. Kelompok ini menolak amaliyah keagamaan (keislaman) yang tidak ada tuntunannya secara tekstual di dalam dua sumber tersebut.”  Upaya merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman tekstual menjadikan kelompok ini tidak jarang dianggap kaku dalam beragama. Pada batas tertentu keberadaan dan pergerakan kelompok dianggap tidak akomodatif terhadap negara bangsa.

Artikel ini mencoba membantah pernyataan tersebut. Untuk sampai pada argumentasi bantahan, kita dapat merujuk ragam bentuk kelompok salafi. Salafi terbagi menjadi tiga golongan, yaitu kelompok salafi dakwah/rijeksionis, salafi reformis, dan salafi jihadis (Adeni & Hamid, 2020). Ketiganya memiliki orientasi pergerakan yang berbeda satu sama lain. Salafi dakwah atau rijeksionis sering disebut pula salafi murni (purist salafism). Dikatakan demikian karena golongan ini hanya bergerak dalam dakwah, tidak bersentuhan dengan politik, bahkan menolak gerakan reformis dan jihadis Islam. Orientasi dari kelompok ini adalah kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Sementara golong reformis dan jihadis adalah dua golongan salafi yang berbasis pada gerakan perubahan secara radikal. Yang reformis terlibat dalam politik praktis dengan perjuangan membangun negara/sistem Islam, sedangkan yang jihadis terlibat dalam “eksterimitas” mengatasnamakan Islam. Dua wajah salafi terakhir ini lebih sering dianggap merepresentasikan pergerakan salafi secara umum. Dua golongan ini tidak jarang terlibat konfrontasi dengan pemerintah negara yang dianggap sekuler dan sejalan dengan prinsip Islam.

Salafi dakwah atau salafi rijeksionis punya gerakan yang berbeda. Dalam bernegara, kelompok ini cenderung lebih mudah berintegrasi dengan negara. Sikap dan prinsip keberagamaan mereka yang tidak suka berpolitik praktis dan tidak suka melakukan jihad dalam bentuk perang, membuat kelompok ini mendapat ruang yang bebas dalam berekspresi di suatu negara bangsa. Mereka bahkan menyatakan bahwa “tidak boleh atau dilarang melawan atau memberontak pada pemerintah yang sah.” Gerakan salafi seperti Rodja TV adalah gerakan salafi yang bergerak tidak pada wilayah politik. Mereka terlibat dalam pengembangan pendidikan, kegiatan bantuan sosial dan bencana alam, bahkan dalam batas tertentu mereka berkolaborasi dengan aparat penegak hukum dalam melawan terorisme atau kekerasan yang mengatasnmakan agama.

 

 

Bacaan

Adeni. 2020. “Paradoks Komunikasi-Dakwah Fundamentalis Salafi: Kasus Masjid Nurul Jam’iyah Jambi”. Jurnal Dakwah Risalah, Volume 31, Nomor 1 Juni 2020. DOI: 10.24014/jdr.v31i1.8882, pp. 48-69. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/8882

Adeni, A., & Hamid, N. (2020). Pergulatan Kelompok Civil Islam Arus Utama dan Sempalan dalam Ranah Private, Public, Market, dan State: Pendekatan Sosiologis. International Journal Ihya''Ulum al-Din22(1), 71-96. https://journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/5586

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gerakan Akomodatif Salafisme: Review Kritis

            Salafi sering dianggap sebagai kelompok sempalan yang tidak memiliki orientasi kebangsaan yang tinggi. Adeni (2020: 49) meliha...