Salafi sering dianggap sebagai
kelompok sempalan yang tidak memiliki orientasi kebangsaan yang tinggi. Adeni
(2020: 49) melihat bahwa “kelompok salafi menyuarakan Islam murni yang
merujuk kepada asas fundamental Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah,
berdasarkan pada tradisi Nabi dan para salaf salih. Kelompok ini menolak
amaliyah keagamaan (keislaman) yang tidak ada tuntunannya secara tekstual di
dalam dua sumber tersebut.” Upaya
merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman tekstual menjadikan
kelompok ini tidak jarang dianggap kaku dalam beragama. Pada batas tertentu
keberadaan dan pergerakan kelompok dianggap tidak akomodatif terhadap negara
bangsa.
Artikel ini mencoba membantah
pernyataan tersebut. Untuk sampai pada argumentasi bantahan, kita dapat merujuk
ragam bentuk kelompok salafi. Salafi terbagi menjadi tiga golongan, yaitu kelompok
salafi dakwah/rijeksionis, salafi reformis, dan salafi jihadis (Adeni & Hamid, 2020). Ketiganya memiliki orientasi
pergerakan yang berbeda satu sama lain. Salafi dakwah atau rijeksionis sering
disebut pula salafi murni (purist salafism). Dikatakan demikian karena golongan
ini hanya bergerak dalam dakwah, tidak bersentuhan dengan politik, bahkan
menolak gerakan reformis dan jihadis Islam. Orientasi dari kelompok ini adalah
kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Sementara golong reformis dan jihadis
adalah dua golongan salafi yang berbasis pada gerakan perubahan secara radikal.
Yang reformis terlibat dalam politik praktis dengan perjuangan membangun negara/sistem
Islam, sedangkan yang jihadis terlibat dalam “eksterimitas” mengatasnamakan
Islam. Dua wajah salafi terakhir ini lebih sering dianggap merepresentasikan
pergerakan salafi secara umum. Dua golongan ini tidak jarang terlibat
konfrontasi dengan pemerintah negara yang dianggap sekuler dan sejalan dengan
prinsip Islam.
Salafi dakwah atau salafi rijeksionis
punya gerakan yang berbeda. Dalam bernegara, kelompok ini cenderung lebih mudah
berintegrasi dengan negara. Sikap dan prinsip keberagamaan mereka yang tidak
suka berpolitik praktis dan tidak suka melakukan jihad dalam bentuk perang,
membuat kelompok ini mendapat ruang yang bebas dalam berekspresi di suatu
negara bangsa. Mereka bahkan menyatakan bahwa “tidak boleh atau dilarang
melawan atau memberontak pada pemerintah yang sah.” Gerakan salafi seperti
Rodja TV adalah gerakan salafi yang bergerak tidak pada wilayah politik. Mereka
terlibat dalam pengembangan pendidikan, kegiatan bantuan sosial dan bencana alam,
bahkan dalam batas tertentu mereka berkolaborasi dengan aparat penegak hukum
dalam melawan terorisme atau kekerasan yang mengatasnmakan agama.
Bacaan
Adeni. 2020. “Paradoks
Komunikasi-Dakwah Fundamentalis Salafi: Kasus Masjid Nurul Jam’iyah Jambi”. Jurnal
Dakwah Risalah, Volume 31, Nomor 1 Juni 2020. DOI: 10.24014/jdr.v31i1.8882, pp.
48-69. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/8882
Adeni, A., & Hamid, N. (2020). Pergulatan Kelompok Civil Islam Arus
Utama dan Sempalan dalam Ranah Private, Public, Market, dan State: Pendekatan
Sosiologis. International Journal Ihya''Ulum al-Din, 22(1),
71-96. https://journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/5586
Tidak ada komentar:
Posting Komentar